Sabtu, 11 Mei 2013


Kerang Mutiara (Pinctada maxima)

Indonesia sebagai salah satu produsen mutiara dunia patut dibanggakan, terutama karena  mutiara yang diproduksi merupakan jenis south sea pearl. Mutiara jenis ini hanya dihasilkan dari kerang jenis Pinctada maxima dan merupakan jenis mutiara termahal di dunia (Sujoko, 2010). Jenis kerang penghasil mutiara antara lain Pinctada margaritifera, P. maxima, P. fucata, Pteria sternia, dan Pteria penguin. Adapun yang dikembangkan di Indonesia adalah  P. maxima, P. margaritifera, dan  P. penguin  (Sutaman, 1993; Winanto, 2004).
Berkembangnya budidaya mutiara ternyata menjadi pemicu meningkatnya permintaan spat dan kerang mutiara siap operasi. Namun spat yang berasal dari alam jumlahnya terbatas, sangat fluktuatif dan dipengaruhi musim (Winanto, 1996). Produksi melalui hacthery merupakan pendekatan yang paling memungkinkan dalam penyediaan spat (Rupp et al., 2005). Pada mulanya, teknologi pembenihan kerang mutiara terkesan “rahasia” karena hanya dikuasai oleh teknisi- teknisi asing yang kebanyakan dari Jepang bekerja di hatchery (tempat pembenihan). Kerang mutiara juga masih terbatas pada perusahaan besar yang kebanyakan PMA (Penanam Modal Asing). Menjelang tahun 2000, berkembanglah hatchery yang dimiliki oleh pengusaha lokal dan dikerjakan oleh tenaga domestik akan tetapi berbagai teknologi pembenihan hatchery masih belum dikuasai perusahaan lokal (Sujoko, 2010).
Pengembangan perikanan budidaya dalam rangka pembangunan kelautan dan perikanan dilakukan untuk mewujudkan visi Menteri Kelautan dan Perikanan yaitu menjadikan Indonesia sebagai produsen kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan perikananan budidaya diimplementasikan dalam bentuk program peningkatan produksi perikanan budidaya (Sujoko, 2010).
Klasifikasi Tiram mutiara termasuk sebagai hewan lunak, yaitu hewan yang dalam biologi dimasukkan ke dalam pilum Mollusca, dimana pilum tersebut terbagi atas enam kelas yaitu: (1) Monoplacophora; (2) Amphineura; (3) Gastropoda; (4) Lamellibranchiata atau Pellecypoda; (5) Scaphopoda; (6) Cephalopoda. Tiram mutiara dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom  Invertebrata, pilum  Mollusca, klas  Pellecypoda, ordo  Anysomyaria, famili  Pteridae, genus  Pinctada, spesies  Pinctada sp. dan Pteria sp.
Menurut direktorat jendral perikanan et.al (2001), ciri-ciri dari Pinctada maxima adalah sebagai berikut, ukuran dewasa penuh 12 inchi, rata-rata 8 inchi, bentuk cangkang rata warna luar cangkang coklat kuning, dan warna garis cangkang pucat hanya suatu jejak, nacre berwarna putih perak, pinggiran berwarna kuning emas, garis engsel sedang, berat 9-10 cangkang tiap kan.
Tubuh tiram mutiara terdiri atas tiga bagian yaitu: kaki, mantel dan kumpulan organ bagian dalam. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastis, terdiri atas susunan jaringan otot yang dapat meregang. Tiram mutiara termasuk monomary, yaitu hewan yang memiliki otot tunggal yang berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang. Seperti pada semua molusca cangkang tiram mutiara dibentuk oleh mantel dengan cara mengeluarkan sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang dengan corak warna yang berbeda beda tergantung pada faktor lingkungan dan genetik. Mantel membungkus organ bagian dalam dan memisahkan dengan bagian cangkang, selain itu juga berfungsi untuk menyeleksi unsur-unsur yang terhisap ke dalam tebuh dan jika dalam tubuhnya terdapat kotoran maka mantel akan menyemburkan kotoran itu keluar. Bagian mantel tersusun dari berkas jaringan sel yang berbentuk kolom-kolom yang homogen. Bentuk jaringan sel bagian ujung mantel dan bagian tengah sama dengan bagian dalam. Pinctada maxima hidup pada kedalaman 5 - 40 meter, dengan salinitas kurang lebih 30 ppt, suhu 29 - 31 derajat Celsius. Kecerahan 4,5 - 7,5 meter.
Mutiara peliharaan diproduksi dengan memasukkan butiran manik-manik yang terbuat dari kulit cangkang tiram mutiara pada bagian dari lapisan induk mutiara ke dalam lapisan mantel yang mengeluarkan lapisan mutiara. Tiram memperlakukan manik-manik tersebut sebagai penyakit dan menyelimutinya dengan lapisan nacre. Jadi perbedaan dasar mutiara alam dan peliharaan adalah partikel dan ukurannya, yang masuk dalam tubuh tiram secara alami dan dibuat oleh manusia serta cara terjadinya. Mutara blister di produksi dengan memasukkan separoh manik-manik, ditempelkan didinding cangkang bagian dalam. Setelah lapisan nacre menyelimuti manik-manik, bentuk yang terjadi tersebut dan lapisan nacre lainnya yang telah dibentuk melengkung, ditempelkan ke bagian datar dari manik-manik. Hasilnya juga disebut sebagai mutiara 'mabe'.
Bentuk mutiara diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk bundar, bentuk bulat, bentuk bulat telur, bentuk airmata, bentuk kancing baju, bentuk baroque (seluruh bentuk yang tidak biasa selain yang telah diberi nama tersebut diatas), bentuk gotri (bentuk baroque, tetapi dengan kilauan yang sedikit); bentuk tiga perempat (tiga-perempat bulat dengan satu permukaan datar), mutiara biji (bentuknya tidak simeteris dan sangat kecil), mutiara debu (terlalu kecil untuk digunakan sebagai batu permata) dan mutiara blister (bentuk mutiara yang menempel di cangkang).
Nilai dari sebutir mutiara didasarkan pada : warna, kilau, translusensi, tekstur, bentuk dan ukuran. Mutiara yang terbaik akan memiliki warna asli dari mutiara, overtone yang kuat dengan kemilau yang tinggi; semi- translusensi yang kuat, tidak retak, tergores, dan penyok atau cacat, bentuk bundar; ukurannya besar. Nilai dari sebutir mutiara yang dapat diperkirakan dengan menduga dengan suatu harga dasar dengan kuadrat dari beratnya, sehingga dengan suatu penambahan ukuran yang sedikit mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilainya. Penilaian terhadap mutiara akan lebih kompleks daripada terhadap berlian. Mutiara yang besar lebih jarang ada di banding dengan berlian yang besar. Hanya dengan latihan dan pengalaman yang luas dan banyak, seseorang akan dapat melihat kualitas mutiara dengan baik. (Direktorat jendral perikanan, 2001).









DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Perikanan dan Pertanian.2001.Tentang Budidaya Perikanan. Jakarta.

Rupp G. S., Parsons, G. J., Thompson, R. J., & de Bem, M. M., 2005. Influence of Environmental Factors, Season and Size at Development on Growth and Retieval of Postlarval Lion’s Paw Scallop Nodipecten nodusus (Linnaeus, 1758) From A Subtropical Environment. Aquaculture 243: 195-216.

Sujoko, A. 2010. Membenihkan Kerang Mutiara. Insan Madani. Yogyakarta.

Sutaman. 1993. Tiram Mutiara Teknik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 128 hlm. 

Winanto, T. 2004. Memproduksi Benih Tiram Mutiara. Penebar Swadaya, Jakarta.  95 hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar