Minggu, 29 Januari 2012

V. INDEKS KEMATANGAN GONAD

5.1.    Tinjuan Pustaka
 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Berkurangnya populasi ikan di masa mendatang dapat terjadi karena ikan yang tertangkap adalah ikan yang akan memijah atau ikan belum pernah memijah, sehingga sebagai tindakan pencegahan diperlukan penggunaan alat tangkap yang selektif (Najamudin, 2004).
Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal (Furuita, 2002).
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Peningkatan bobot ovarium dan testis juga bergantung kepada ketersediaan pakan, karena bahan baku dalam proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein. Reproduksi sendiri dimulai sejak terjadinya perkembangan gonad untuk siap memproduksi sel telur/sperma hingga hadirnya individu baru. Adapun prosesnya meliputi pematangan gonad, pematangan gamet, perkawinan dan pemijahan, pembuahan dan awal perkembangan, serta penetasan (Fujaya, 2002).
Suhu sangat besar pengaruhnya terhadap metabolisme, dimana suhu air yang terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan gonad. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat membuat induk menjadi stess dan aktif bergerak, sehingga akan mengeluarkan banyak energi selain itu, perubahan suhu dapa merangsang hipotalamus untuk melepas hormon Gonadotropin Relencing Hormone (GnRH). Gonadtropin yang dihasilkan meliputi Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteiniing Hormone (LH) yang berperan merangsang aktivitas perkembangan gonad (Al Qodri, 2005).
Perbedaan nilai IKG dapat disebabkan perubahan tingkat metabolisme pada suhu yang berbeda. Dimana perbedaan suhu akan mempengaruhi tingkat metabolisme suatu organisme budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masonjones (2001) bahwa tingkat metabolisme berhubungan dengan suhu air, sehingga tingkat metabolisme akan mengalami perubahan jika dipelihara pada suhu yng berbeda.
Ikan yang mempunyai berat tubuh lebih berat maka secara otomatis ia akan memiliki berat gonad yang jauh lebih berat, hal ini berkaitan langsung dengan ukuran telur yang dihasilkan. Menurut Effendi (2002), umumnya sudah dapat diduga bahwa semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula.
5.2.1.  Materi
       a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan khususnya dalam melakukan pengamatan terhadap indeks kematangan gonad ikan, alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbangan elektrik untuk menimbang berat badan ikan dan berat gonad untuk ikan jantan dan ikan betina, tissue untuk membersihkan badan ikan dari kotoran dan lendir, meja preparat (Styrofoam) untuk tempat mengamati ikan, satu set alat bedah untukmembedah ikan dan mengambil gonad pada ikan, dan yang terakhir adalah alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
      b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan khususnya dalam melakukan pengamatan terhadap indeks kematangan gonad ikan, adalah ikan demang (Priyacanthus macracanthus) sebanyak satu pasang yaitu sepasang gonad ikan jantan dan sepasang gonad ikan betina yang diambil untuk bahan pengamatan dan mengetahui  nilai kematangan gonad ikan.
5.2.2.  Metode
Adapun metode yang dilakukan dalam proses menghitung Indeks Kematangan Gonad adalah :
1.      Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan mengeringkanya dengan menggunakan kertas tissue,
2.      Menimbang berat tubuh ikan bersama gonadnya (Bt) dalam gram,
3.      Membedah ikan pada bagian perutnya dan mengeluarkan gonadnya dengan hati-hati, jangan sampai pecah,
4.      Mngeringkan gonad tersebut dengan menggunakan kertas tissue dan menimbang berat gonad (Bg) dalam gram
5.      Menentukan nilai IKG sengan persamaan IKG = Bg / Bt x 100 %
6.      Membuat laporan hasil pengamatan mengenai niali Indek Kematangan gonad ikan.

5.3.    Hasil dan Pembahasan
          Hasil yang diperoleh setelah melakukan perhitungan mengenai Indeks Kematangan Gonad pada ikan demang (Priyacanthus macracanthus).tersaji pada tabel
Tabel .  Hasil Indeks Kematangan Gonad
Kelompok
Jns klmn
Berat gnd (gram)
Berat tbh (cm)
IKG
7
Jantan
1,12
160
0,7

Betina
4,49
160
2,8
8
Jantan
0,96
75
1,28

Betina
6,67
125
5,34
1
Jantan
0,59
120
0,49

Betina
4,07
150
2,7
2
Jantan
0,62
140
0,442

Betina
3,74
200
1,735

Dari hasil pengukuran indeks kematangan gonad pada praktikum Biologi Perikanan diperoleh hasil yang berbeda-beda nilai IKG tersebut. Menurut Nikolsky (1969) IKG ditentukan oleh berat gonad dan berat tubuh ikan sehingga dapat diketahui ikan yang siap memijah. Selain kedua faktor tadi lingkungan juga sangat mempengaruhi kematangan gonad pada ikan. Nilai IKG kelompok 7 pada ikan betina berat tubuhnya 160 gram dan berat gonadnya 4,49 dan nilai IKGnya  adalah 2,80% dan pada ikan jantan yang berat tubuhnya sama dengan ikan betina yaitu 160 gram dan berat gonadnya 1,12 nilai IKGnya adalah 0,7 %. Menurut Luvi (2000).  Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Peningkatan bobot ovarium dan testis juga bergantung kepada ketersediaan pakan, karena bahan baku dalam proses pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein.
Nilai IKG kelompok 7 lebih besar dari nilai IKG ikan jantan maka dapat disimpulkan ikan betina lebih matang atau siap memijah dibandingkan ikan jantan. Nilai IKG dari kelompok 7, 8, 1, 2, nilai IKG yang tertinggi pada kelompok 7 yaitu 2,8% pada ikan betina dan terendah pada kelompok 1 yaitu 2,7% pada ikan Berarti ikan tersebut belum siap untuk memijah.  Pada umumnya pertambahan berat tubuh akan mempengaruhi pertambahan berat gonad. Meskipun demikian ada beberapa ikan yang mempunyai berat yang sana tetapi berat gonadnya berbeda-beda. Sehingga diperoleh IKG yang berbeda-beda pula. Misalnya pada berat ikan yang mempunyai berat tubuh yang kecil namun berat gonadnya besar sehingga IKGnya sangat kecil.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kematangan gonad pada ikan berbeda-beda meskipun satu spesies. Hal tersebut menunjukkan bahwa kematangan gonad ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Prosentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk menduga terjadinya pemijahan. Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahanya panjang, akan ditandai dengan peningkatan prosentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan (Effendi, 2002).
Menurut, Johnson (1971) bahwa jika ikan akan memijah maka berat gonadnya akan mencapai maksimum dan akan turun dengan cepat saat memijah sampai selesai. Dengan begitu, IKG akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, di gonadnya juga mencapai berat maksimum. Jika ikan memiliki IKG lebih dari 19 % maka ikan itu sudah mampu menghasilkan telur dan dianggap sudah matang.
Dari awal perkembangan  gonad sampai memijah, garis tengah telur yang dikandungnya semakin membesar pula. Dengan demikian maka akan didapatkan hubungan antara IKG dengan garis tengah telur. (Arsjad, 1973). Indeks Kematangan Gonad atau “Gonado somatic Index“ (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam dan pola pemijahannya. Jadi itulah pentingnya GSI agar digunakan untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap dilakukannya pemijahan Nilai IGS tersebut akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan terjadinya pemijahan.
5.4.    Kesimpulan dan Saran
5.4.1. Kesimpulan
          Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan Indeks Kematangan Gonad pada ikan demang (Priyacanthus macracanthus) adalah :
1.   Ikan yang telah diamati didapat nilai IKG pada ikan betina lebih tinggi dibandingkan dengan ikan jantan.
2.   Berat tubuh ikan mempengaruhi berat gonad ikan, dimana jika Ikan yang mempunyai berat tubuh lebih berat maka ikan akan memiliki berat gonad yang jauh lebih berat.
5.4.2. Saran
 Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan Saran yang dapat disampaikan setelah melakukan pengamatan Indek Kematangan Gonad pada ikan ikan demang (Priyacanthus macracanthus) adalah :
1.      Sebelum melakukan pengamatan mengenai nilai indeks kematangan gonad, sebaiknya memilih ikan sampel yang baik yang dapat terlihat dari tampilan atau kenampakan dari ikan.
2.      Melakukan pengamantan nilai indeks kematangan gonad ikan sebaiknya dapat dilakukan dengan baik dan lebih teliti dalam pengambilan gonad dari dalam tubuh tubuh ikan.


Lampiran 5 Perhitungan Indeks Kematangan Gonad
1.        Perhitungan nilai IKG ikan betina
Dik : Bg = 4,49 gr
Bt = 160 gr
Dit : nilai IKG . . ?
Jawab :
IKG =  Bg  x 100 %
             Bt 

= 4,49  x 100 %
             160 

= 2,80 %

2.      Perhitungan nilai IKG ikan jantan

Dik : Bg = 1,12 gr
Bt = 160 gr
Dit : nilai IKG . . ?
Jawab :
IKG = Bg  x 100 %
            Bt 

= 1,12  x 100 %
             160 

= 0,7 %







DAFTAR PUSTAKA

Al Qodri AH, Sudjiharno, Hermawan A. 2005.Pemeliharan Induk dan Pematangan
           Gonad. Deptan, Ditjedkan. Balai Budidaya Laut.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama,
Yogyakarta. 163 hal.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan.  Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.
DIKTI. Jakarta. 181 hal.

Synder DE. 1983. Fish eggs and larvae. Pp. 165-197 In L. A Nielsen, D. L Johson
           and S.S Lampton, ed. Fisheries Techniques. American Fisheries Society.
           Bathesda, Maryland



Rabu, 04 Januari 2012

jurnal dapat dilihat disini


PENERAPAN SELEKSI FAMILI F3 
PADA IKAN NILA HITAM

Metode Seleksi Famili telah digunakan sebagai satu metode efektif untuk mendapatkan strain induk nila yang lebih unggul.sedangkan Pemuliaan ikan nila di Indonesia merupakan kegiatan perekayasaan yang sangat penting dilakukan untuk menigkatkan mutu genetik ikan nila yang ada di masyarakat. Masalah yang akan berlangsung terus menerus apabila tidak ada perbaikan pada induk ikan nila adalah kurang memenuhi syarat mutu genetis.
Seleksi famili adalah salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki mutu induk ikan nila. Ikan nila secara biologis memiliki hereditas yang rendah dibandingkan dengan ikan tawar lainnya (Charo-Karisa, et al 2006a). Istilah Famili artinya adalah keluarga yang dibuat oleh pemulia.
Proses pemijahan pada masing-masing famili telah berhasil memprodukssi generasi baru F3 . dimana populasi pemijahan induk dai 60 famili masing-masing terdiri dari 5 pasang induk.jumlah anakan yang dhasilkan paling sedikit 40 ekor dan paling banyak 855 ekor. Yang bekisar antara 300-490 ekor larva dari 500 ekor. Maka populasi larva diikutsertakan untuk proses pendederan.
Proses pendederan seleksi famili telah menghasilkan benih yang berukuran rata-rata 13,5 gram setelah masa pemeliharaan 50-60 hari yang selanjutnya dibesarkan sampai dapat dibedakan anatara jantan dan betina atau setelah mencapai ukuran bobot lebih dari 50 gram per ekor. Setelah dilakukan seleksi kelamin, populasi dibagi menjadi dua sub yaitu sub populasi jantan yang ukuran terkecil ada pada famili 55 (F3,55) dengan ukuran rata-rata bobot 30,95 gram. Dan sub populasi betina ukuran terkecil ada pada famili 55 (F3.55) dengan ukuran bobot 27,06 gram, panjang standar 9,27cm ukuran terbesar pada famili 24 (F3,24) dengan ukuran rata-rata bobot 146,65 gram.
Untuk meningkatkan kemurniannya, maka proses seleksi perlu dilanjutkan untuk menghasilkan generasi F4. Bila pada f dapat menghasilkan famili dengan hereditas yang lebih tinggi dan respon seleksi yang lebih besar. Maka generasi F4 ini dapat digunakan sebagai induk pejenis untuk menghasilkan induk pokok.

Senin, 02 Januari 2012

Q kembali posting tugas niih, sekarang tugasnya ngeringkas jurnal tentang Bioinfornatika Dalam Aquakultur dan jurnalnya dapat dilihat disini


PERENDAMAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) TERHADAP KEBERHASILAN PEMBENTUKAN KELAMIN JANTAN

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli Indonesia. Dan merupakan salah satu komuditi yang penting dan unggul di sektor perikanan air tawar. Pemenuhan akan konsumsi ikan gurami dan lambatnya pertumbuhan ikan mendorong untuk melakukan riset tentang teknologi rekayasa pembentukan kelamin jantan ikan gurami dengan menggunakan hormon metiltestosteron.
            Ikan gurami memiliki pertumbuhan yang berbeda antara ikan jantan dan ikan betina. Pertumbuhan ikan jantan lebih cepar ibandingkan dengan ikan betina, ikan jantan pada usia 10 – 12 bulan dapat mencapai berat rata-rata 250 gr/ekor sedangkan ikan betina hanya 200 gr/ekor. Berarti pertumbuhan ikan gurami jantan 20 % lebih cepat dibandingkan betina.
            Memproduksi ikan jantan dengan jumlah yang cukup banyak dapat dilakuan dengan cara sex reversal yaitu proses memproduksi ikan monosek atau memproduksi ikan dengan satu jenis kelamin yaitu jantan atau betina saja. Dengan memberikan metiltestosteron dikenal cukup efektif untuk memproduksi poplasi jantan. Pemberian metiltestosteron melalui oral (pakan) dianggap kurang efisien karena memerlukan dosis tinggi dan waktu pemberian relatif lebih lama walaupun tingkat keberhasilan merubah kelamin jantan dapat mencapai 90-100%. Sedangkan pemberian metiltestosteron melalui metode perendaman (dipping) lebih efisien karena dosis yang diberikan relatif kecil dan waktu kontaknya lebih singkat walaupun tingkat keberhasilan merubah kelamin jantan dibawah 96%.
            Pengukuran dilakukan dengan beberapa parameter uji yaitu
1.    Parameter utama
Dimanan parameter utama yang diamati adalah keberhasilan pembentukan jenis kelamin jantan.
2.    Parameter Penunjang
Didlamnya berupa kelulushidupan ikan gurami, pertumbuhan ikan gurami dan parameter kualitas air media ikan.
            Hasil pengukuran dosis hormon metiltestosteron dan lama perendaman terhadap pembentukan kelamin jantan ikan gurami. Keberhasilan terbaik ditemukan pada perlakuan dosis 5 mg/l (66,979 % ). Pembentukan kelamin jantan menunjukan kecendrungan garis kuadratik yaitu semakin tinggi dosis yang diberikan sampai batas dosis 4.906 mg/l akan semakin tinggi presentasi kelamin jantan yang dihasilkan.
            Menurut Mukti (2003), kelebihan dosis hormon  metiltestosteron yang diberikan pada ikan dapat mengurangi jumlah kelamin jantan yaitu hormon metiltestosteron semakin memacu perkembangan kelamin atau gonad betina ikan. Efektifitas pembentukan kelamin jantan sangan ditentukan oleh ketepatan pemberian dosis hormon metiltestosteron dan umur ikan sebelum gonad terdifferensiasi.
            Beberapa cara umum dalam mengetahui Kematangan gonad ikan yang berada dibawah kendali hormon – hormon yaitu :
·         Mekanisme alamiah, kerja hormon dimulai dari adanya rangsangan dari luar seperti visual untuk fotopeeriode, kemoreseptor unutk suhu dan metabolit yang kemudian diterima oleh susunan saraf otak merangsang hipolalamun untuk melepas gonadropin releasing Hormon (GnRH) untuk menstimulasi Kelenjar Hipofisa untuk mensekresikan Gonadotropin Hormon (GtH) kemudian dialirkan ke darah untuk merangsang kematangan gond akhir melalui simulasi untuk mensintetis hormon steroid pematangan dalm ovarium atau tesis,
·         Mekanisme rangsangan, pembentukan gonad jantan dengan menggunakan hormon metiltestosteron dimulai dari penyepan hormon kedalam tubuh ikan secara difusi dan disekresikan melalui saluran darah.

Kelulushidupan benih ikan gurami selama perendaman memiliki rata-rata 99,4 – 100 %. Dari hasil analisa perlakuan dosis dan lama perendaman hormon metiltestosteron tidak berpengaruh terhasap kelulushidupan salaama perendaman. Berbeda dengan benih ikan selama pemeliharaan kelulushidupan rata-rata yaitu 56,33 – 70,40% perlakuan dosis dan lama perendaman tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan yang rendah.

Kesimpulan
            Perlakuan dosis hormon metiltestosteron yang berbeda pada ikan gurami berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan dan untuk perlakuan lama perendaman ikan gurami tidak berpengaruh terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan ikan gurami yaitu pada dosis  4,906 mg/l sebesar 66,987%. Dan tidak berpengaruh juga terhadap kelulushidupan benih ikan gurami.